Senin, 14 Maret 2011

7. Manusia dan Kegelisahan

Kegelisahan Masyarakat Papua, Sulawesi Utara, dan Maluku Menghadapi Kiriman Tsunami Dari Jepang

                     Ancaman tsunami Jepang batal menghantam kawasan Indonesia. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencabut peringatan dini pada pukul 19.55 WIB.
Rahmat Triyono, Kepala Subbidang Informasi Dini Gempa Bumi BMKG, mengatakan, "peringatan tsunami sudah berakhir." Jumat malam (11/3).
                     BMKG sempat memperkirakan Tsunami akan menghantam kawasan utara Papua, Sulawesi Utara, dan Maluku Utara pada pukul 18.00 WIB atau 20.00 WIT. Namun, "tsunami yang menyeberangi Samudra Pasifik itu terjadi di Pantai Halmahera, Maluku Utara, dan Pantai Bitung, Sulawesi Utara, setinggi 10 sentimeter saja, yang terjadi sekitar pukul 19.05 WIB," imbuhnya.
                     Sedang di papua, ketinggian gelombang sekitar 20 sentimeter. Dijelaskan Rahmat, pihaknya tidak memiliki alat pencatat di Papua, tapi kemungkinan tingginya sekitar 20 sentimeter.
Gempa berkekuatan 8,9 pada skala Richter menggoyang Jepang Jumat siang (11/3). Pusat Peringatan Tsunami Pasifik di Hawaii pun mengeluarkan peringatan maut ancaman tsunami untuk Jepang, Rusia, Marcus Island, dan Northern Marianas. Guam, Taiwan, Filipina, Indonesia, dan Hawaii juga diminta waspada.
Sesaat setelah peringatan itu menyebar, puluhan warga di Supiori, Papua sempat panik dan mengunsi ke kantor kelurahan setempat. Sedangkan di Jayapura, ratusan warga memadati jalan0jalan utama di kota itu.
"Kalau benar ada terjadi tsunami, bisa mudah untuk lari ke gunung," ujar Yuliana, warga Perumnas III, Waena. Kejadian itu juga terjadi di Manado.
                    Peringatan juga dilakukan oleh Kantor Syahbandar Makassar sejak Jumat sore (11/3), yang melarang enam kapal pengangkut barang rute internasional dan domestik untuk berlayar.
"Kalau tidak ada dampak buruk tsunami di Jepang sampai Sabtu pagi, kapal dibolehkan berangkat," kata Fahriadi, Kepala Bidang Penjagaan dan Keselamatan Kantor Syahbandar Pelabuhan Makassar.
Tsunami yang ditunggu tak datang, warga kota Manado yang mengungsi ke daerah pegunungan akhirnya kembali ke rumah masing-masing pukul 22.12 Wita.
                    Kemudian Gempa dan gelombang tsunami di Jepang yang juga mengakibatkan beberapa bangunan rumah dan jembatan di Kampung Tobati rusak parah. Kampung ini berlokasi di pulau yang berada di tengah lautan Teluk Youtefa. "Beberapa rumah dan jembatan di Kampung Tobati rusak parah, bahkan ada beberapa yang hancur total akibat gelombang tsunami semalam," kata Marcelino Hababuk, Sekretaris jemaat gereja Kampung Tobati, di Jayapura, Sabtu (12/3) pagi. Letak Kampung Tobati yang terpisah dari Kota Jayapura dan berada di tengah lautan dalam Teluk Yotefa membuat gelombang tsunami yang menerjang sekitar pukul 21.30 WIT semalam langsung merusak bangunan yang ada, jelas Hababuk. "Di Tobati ada dua jalan penghubung kampung. Jalan darat dan jembatan di atas laut. Yang paling parah terkena terjangan tsunami adalah permukiman dan jembatan di jalur laut," ujarnya.
                    Dijelaskannya, saat mendengar tsunami akan menuju Jayapura, warga Kampung Tobati langsung bergegas menuju gereja setempat. Gereja itu di atas perbukitan pulau.
"Tiga kali kami melihat air naik turun, dimulai pukul 20.30 WIT. Hingga akhirnya gelombang itu menghancurkan rumah dan jembatan kampung," paparnya.
Warga Kampung Tobati saat ini berusaha memperbaiki rumah dan jembatan. "Ada sebuah rumah di Kampung Enggros yang bersebelahan dengan kami rusak sangat parah. Rumah warga itu disapu tsunami hingga tak berbekas," terangnya.
                   Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika wilayah V Jayapura, Papua, sebelumnya, mengeluarkan peringatan akan terjadi tsunami di wilayah perairan Papua bagian utara. Ini termasuk Perairan Papua Bagian Utara, yakni Jayapura, Sarmi, Biak, Serui dan daerah sekitarnya.
Sedangkan sejumlah warga Kota Pariaman, Sumatera Barat eksodus ke lokasi lebih tinggi sejak sepekan terakhir, menyusul isu gempa dan tsunami yang marak beredar. Eksodus adalah ke luar dari suatu tempat yang biasanya ditempat tersebut sudah tidak bisa ditinggalkan atau tidak aman lagi.
Seorang warga Pariaman, Yos (39), kemrin, mengaku membawa keluarganya pindah ke rumah sanak saudara yang lebih aman atau jauh dari zona merah tsunami. "Kita siap siaga saja, keluarga sudah dipindahkan ke Kurai Taji, cukup jauh dari lokasi pantai," kata Yos.
                    Ia bersama keluarganya tinggal di Desa Karan Aur, setengah kilometer dari tepi pantai Pariaman. Menurutnya, isu mengenai akan terjadinya gempa besar melalui SMS itu sudah meresahkan warga sejak sepekan terakhir, namun kini disikapinya dengan kesiap-siagaan.
Ia mengaku, sebelum isu tanggal 25 November itu, juga telah beredar isu akan terjadi gempa pada saat sebelumnya namun tidak terbukti.
                    Wali Kota Pariaman, Mukhlis R sebelumnya telah mengimbau warga Pariaman untuk siap-siaga terhadap kemungkinan terjadinya gempa dan tsunami. Imbauan tersebut bukan untuk membuat ketakutan, namun agar masyarakat siap menghadapi kemungkinan bencana gempa dan tsunami.
Dalam mewujudkan kesiapsiagaan menghadapi bencana, Wali Kota meminta agar masyarakat memindahkan dokumen penting dan barang-barang berharga lainnya ke lokasi yang dianggap lebih aman. Sedikitnya 48 dari 71 desa di kota pantai itu masuk dalam zona merah rawan tsunami.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar