Senin, 22 November 2010

1. Penduduk, Masyarakat dan Kebudayaan

Dinamika Sosial Dan Kebudayaan Indonesia

Pada setiap dinamika yang terjadi di indonesia tergantung pada perubahan setiap lembaga-lemabaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya termasuk di dalam nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Perubahan sosial itu merujuk pada modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia. Jadi dinamika Sosial Budaya adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam masyarakat pada kurun waktu tertentu yang berupa perubahan cara hidup maupun pola-pola kehidupan masyarakar tersebut yang disebabkan baik karena perubahan – peruabahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk dan ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru di dalam masyarakat.

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN DINAMIKA SOSIAL BUDAYA

Ada beberapa hal yang menjadi faktor-faktor yang menyebabkan dinamika sosial budaya. Faktor – faktor tersebut dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
A. Faktor Internal
Faktor ini adalah faktor yang berasal dari dalam diri masyarakat itu sendiri, antara
lain :
1. Bertambahnya jumlah penduduk
Di dunia ini, salah satu masalah sosial yang menjadi sorotan utama masyrakat dunia adalah mengenai pertumbuhan penduduk yang sangat cepat. Tentu saja dengan semakin tingginya tingkat pertumbuhan penduduk suatu daerah, mengakibtakan semakin banyak masalah yang ditimbulkannya. Sebagai contoh adalah masalah kurangnya sumber penghasilan. Dengan semakin banyaknya jumlah penduduk akan meningkatkan kebutuhan hidup seperti sandang, pangan, papan yang mengakibatkan semakin tingginya permintaan akan suatu pekerjaan. Padahal sekarang ini, lapangan pekerjaan semakin sedikit dan terbatas. Konsekuensinya, banyak penduduk yang menjadi pengangguran yang lantas banyak menimbulkan masalah seperti pencurian, perampokan, penculikan. Kondisi inilah yang akan mengubah pola interaski msayrakat sehingga menimbulkan dinamika sosial masyarakat.



2. Adanya penemuan baru
Kita telah mengetahui bahwa manusia adalah makhluk yang dinamis artinya manusia selalu berusaha setiap saat untuk memperbaiki kehidupannya dengan segala cara. Salah satu caranya adalah dengan cara terus menemukan hal-hal baru yang nantinya dapat berguna bagi kehidupan masyarakat di dunia. Dengan pemuan tersebut, kehidupan manusia sedikit banyak akan dapat terbantu, sehingga pekerjaan manusia dapat dilakukan dengan lebih mudah.
Adanya inovasi pada berbagai kehidupan sosial dan budaya masyarakat akan memberi pengaruh yang luas pada berbagai kehidupan masyarakat. Pengaruh itu berdampak pada terciptanya perilaku sosial yang baru sekaligus menggeser norma-norma sosial yang lama. Untuk dapat memahami penjelasan di atas, simak contoh berikut ini.
Contoh : Penemuan telepon telah mengakibatkan dinamika sosial di dalam masyarakat. Dulu sebelum telepon ditemukan, masyarakat yang letaknya berjauhan tidak dapat berkomunikasi secara langsung dan membutuhkan waktu yang lama. Namun dengan adanya telepon, semua orang entah jaraknya puluhan ribu kilometer dapat berkomunikasi dengan langsung tanpa harus bertatap muka.

3. Terjadinya pemberontakan atau revolusi
Perubahan yang terjadi secara cepat dan mendasar yang dilakukan oleh individu atau kelompok akan berpengaruh besar pada struktur masyarakat dan lembaga-lembaga kemasyarakatan mulai dari lembaga Negara sampai keluarga mengalami perubahan yang mendasar.
Contohnya adalah revolusi Prancis yang merupakan pemberontakan masyarakat kelas bawah yang tertindas terhadap kekuasaan kerajaan yang bertindak sewenang-wenang. Revolusi ini telah merubah pola kehidupan masyarakat yang dulunya tertindas menjadi lebih bebas.

Penduduk dan Kebudayaan Indonesia

Dewasa ini penduduk sangat erat dengan kebudayaan karena penduduk memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Dalam sisi lain kebudayaan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Perkembangan Penduduk dan Masyarakat Majemuk

Di era globalisasi sekarang ini Kemajemukan juga termanifestasi dalam masalah agama, lokasi domestik, tingkat ekonomi, ataupun perbedaan-perbedaan sikap politik. Sikap politik, secara khusus, paling mudah menampakkan diri ke dalam bentuk partai-partai politik yang bervariasi dan hidup berkembang di bumi Indonesia. Sebab itu, merupakan suatu kajian menarik guna melihat seperti apa manifestasi kemajemukan struktur masyarakat Indonesia ini. Kemudian penelaahan akan dilakukan seputar kelebihan serta kelemahan dari struktur majemuk masyarakat Indonesia ini.

Keanekaragaman Kultur Indonesia

Selaku pisau analisa, perlu terlebih dahulu dibedah pengertian dari keanekaragaman kultur atau “multikultur”. Kajian mengenai masyarakat majemuk ini signifikan terutama di dalam masyarakat yang memang terdiri atas aneka pelapisan sosial dan budaya yang satu sama lain saling berbeda. Indonesia, sebab itu, mengembangkan slogan Bhinneka Tunggal Ika (berbeda-beda tetapi tetap satu). Slogan tersebut bersifat filosofis-politis, oleh sebab tanpa adanya unsure pemersatu, akan mudah kiranya memecah-belah kohesi politik masyarakat yang mendiami sekujur kepulauan nusantara ini.

Mengenai keanekaragaman kultur ini, Bhikhu Parekh membedakannya menjadi 3 yaitu : (1) Keanekaragaman Subkultural, (2) Keanekaragaman Perspektif, dan (3) Keanekaragaman Komunal.1 Ketiga pengertia mengenai keanekaragaman ini memiliki dampak berbedanya titik analisis atas kajian keanekaragaman atau multikultur yang dilakukan.


Pendidikan di Indonesia
Pendidikan dalam bahasa Yunani berasal dari kata padegogik yaitu ilmu menuntun anak. Orang Romawi melihat pendidikan sebagai educare, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan di dunia. Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai Erziehung yang setara dengan educare, yakni : membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan atau potensi anak. Dalam bahasa Jawa, pendidikan berarti panggulawentah (pengolahan - Red), mengolah, mengubah kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran, kemauan dan watak, mengubah kepribadian sang anak.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidikan berasal dari kata dasar didik (mendidik), yaitu : memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian : proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.

Dari pengertian-pengertian dan analisis yang ada maka bisa disimpulkan bahwa pendidikan adalah upaya menuntun anak sejak lahir untuk mencapai kedewasaan jasmani dan rohani, dalam interaksi alam beserta lingkungannya.

Dalam pendidikan terdapat dua hal penting yaitu aspek kognitif (berpikir) dan aspek afektif (merasa). Sebagai ilustrasi, saat kita mempelajari sesuatu maka di dalamnya tidak saja proses berpikir yang ambil bagian tapi juga ada unsur-unsur yang berkaitan dengan perasaan seperti semangat, suka dan lain-lain. Substansi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah membebaskan manusia dan menurut Drikarya adalah memanusiakan manusia. Ini menunjukan bahwa para pakar pun menilai bahwa pendidikan tidak hanya sekedar memperhatikan aspek kognitif saja tapi cakupannya harus lebih luas.

Pemecahan Permasalahan

Di karenakan di jaman yang semakin berkembang dan pesat ini maka banyak faktor – faktor yang harus mendukung di dalam keberagaman multi budaya itu sendiri yang bercampur dalam sebuah kehidupan berbangsa. Sehingga sampai sekarang ini di Indonesia hampir setiap penduduk dan masyarakat nya harus sadar bahwa sosial dan kebudayaan yang ada harus tetap dikembangkan dan harus mempunyai norma-norma dan nilai-nilai kebudayaannya yang harus selaras dengan nilai kebudayaan itu sendiri. Dalam hal ini pemicu nya adalah kemajuan teknologi yang di bawa dari bangsa luar dan di bawa ke indonesia dapat mengubah pola pikir masyarakat yang akan menjadi tolak ukur bangsa ini dengan adanya pemikiran – pemikiran yang luas tentang keselarasan dan nilai budaya pada jaman di ea globalisasi saat ini.

http://raf1816phyboy.blogspot.com/2010/02/dinamika-sosial-budaya.html
http://setabasri01.blogspot.com/2009/08/masyarakat-majemuk-indoensia.html
http://www.km.itb.ac.id/web/index.php?option=com_content&view=article&id=80:pendidikan-di-indonesia&catid=63:diskusi-isu-pendidikan&Itemid=109

2. Individu, Keluarga dan Masyarakat

Kehidupan Sosial Individu, keluarga, dan Masyarakat

Aspek individu, keluarga, masyarakat dan kebudayaan adalah aspek-aspek sosial yang tidak bisa dipisahkan. Semua itu mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Jika tidak ada individu maka tidak akan terciptanya keluarga dan masyarakat .individu tidak bias berjalan sendiri tanpa adanya keluarga dan masyarakat karena keluarga dan masyarakat merupakan media untuk mengekspresikan aspek sosialnya. Dalam ilmu sosial individu merupakan bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Umpama keluarga sebagai kelompok sosial yang terkecil terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah merupakan individu yang sudah tidak dapat dibagi lagi, demikian pula Ibu. Anak masih dapat dibagi sebab dalam suatu keluarga jumlah anak dapat lebih dari satu. Di dalam kehidupan berkeluarga, sosialisasi yang baik sangat diperlukan dalam mempertahankan keharmonisan hubungan di dalam keluarga. Keluarga merupakan sebagai lingkungan utama dalam membentuk kepribadian anggota di dalam keluarga tersebut. Keluarga sebagai media pembinaan anggotanya dalam melakukan hal-hal yang berhubungan dengan sosial. Pembinaan yang baik akan menciptakan kehidupan keluarga yang baik di dalam lingkungan kemasyarakatan. Hubungan yang harmonis di dalam keluarga sangat penting agar dapat membentuk pribadi yang baik, karena apapun yang terjadi di dalam keluarga akan berpengaruh besar kepada tiap-tiap anggota keluarga yang termasuk di dalamnya. Sebagaimana Individu tidak akan bisa berjalan sendiri tanpa adanya keluarga sebagai media untuk mengekspresikan segala hal yang berhubungan dengan masalah-masalah sosial.
Hubungan di lingkungan masyarakat yang terjalin dengan baik merupakan hasil dari hubungan yang baik antara individu dengan individu dan di dalam hubungan keluarga. Sama seperti keluarga, masyarakat merupakan media untuk mengekspresikan segala hal yang berhubungan dengan masalah-masalah sosial. Individu pun tidak akan bisa berjalan dengan baik tanpa adanya masyarakat. Masyarakat adalah sekumpulan individu yang mengadakan kesepakatan bersama untuk secara bersama-sama mengelola kehidupan. Terdapat berbagai alasan mengapa individu-individu tersebut mengadakan kesepakatan untuk membentuk kehidupan bersama. Alasan-alasan tersebut meliputi alasan biologis, psikologis, dan sosial. Pembentukan kehidupan bersama itu sendiri melalui beberapa tahapan yaitu interaksi, adaptasi, pengorganisasian tingkah laku, dan terbentuknya perasaan kelompok. Setelah melewati tahapan tersebut, maka terbentuklah apa yang dinamakan masyarakat yang bentuknya antara lain adalah masyarakat pemburu dan peramu, peternak, holtikultura, petani, dan industri. Di dalam tubuh masyarakat itu sendiri terdapat unsur-unsur persekutuan sosial, pengendalian sosial, media sosial, dan ukuran sosial. Pengendalian sosial di dalam masyarakat dilakukan melalui beberapa cara yang pada dasarnya bertujuan untuk mengontrol tingkah laku warga masyarakat agar tidak menyeleweng dari apa yang telah disepakati bersama. Walupun demikian, tidak berarti bahwa apa yang telah disepakati bersama tersebut tidak pernah berubah. Elemen-elemen di dalam tubuh masyarakat selalu berubah di mana cakupannya bisa bersifat mikro maupun makro.
Apa yang menjadi kesepakatan bersama warga masyarakat adalah kebudayaan, yang antara lain diartikan sebagai pola-pola kehidupan di dalam komunitas. Kebudayaan di sini dimengerti sebagai fenomena yang dapat diamati yang wujud kebudayaannya adalah sebagai suatu sistem sosial yang terdiri dari serangkaian tindakan yang berpola yang bertujuan untuk memenuhi keperluan hidup. Serangkaian tindakan berpola atau kebudayaan dimiliki individu melalui proses belajar yang terdiri dari proses internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi.
Hubungan antara masyarakat dan individu dapat digambarkan sebagai kutub positif dan kutup negatif pada aliran listrik. Jika dua kutub itu dihubungkan listrik ia akan mampu memberi kekuatan baginya dan menimbulkan suasana yang cerah. Jika individu dan masyarakat dipersatukan maka kehidupan individu dan masyarakat akan lebih bergairah dan suasana kehidupan individu dan kehidupan masyarakat akan lebih bermakna dan hidup serta bergairah.

Kehidupan Sosial Antara Individu dengan Individu Di Dalam Masyarakat

Kehidupan sosial antara individu dengan individu merupakan awal dari terbentuknya keluarga dan masyarakat. Ini merupakan langkah awal dalam terbentuknya suatu hubungan-hubungan sosial yang terjalin di dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat. Sebagaimana, tanpa adanya individu keluarga dan masyarakat tidak akan tercipta begitu pula sebaliknya. Hubungan sosialisasi yang baik antara individu yang satu dengan yang lain sangat penting dalam menciptakan kehidupan masyarakat sosial yang teratur. Hubungan baik antara individu dengan individu sangat diperlukan karena ini adalah hubungan yang dibina paling awal dalam kehidupan masyarakat sosial.
Dari uraian tersebut di atas kita dapat mengetahui bahwa hubungan individu dan masyarakat itu dapat ditinjau dari segi masyarakat saja (totalisme), ditinjau dari segi individu saja (individualisme) dan ditinjau dari segi interaksi individu dan masyarakat. Dengan memperhatikan tiga pandangan ini maka bagaimana hubungan individu dan masyarakat di Indonesia? Profesor Supomo menyatakan bahwa hubungan antara warga negana dan negara Indonesia adalah hubungan yang integral. Driyarkara SY menyatakan bahwa hubungan masyarakat Indonesia pada dasarnya adalah hubungan yang integral (Driyarkara, 1959, p. 225). Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa paham yang dianut untuk menggambarkan hubungan antara individu dan masyarakat di Indonesia adalah paham integralisme.

Paham inntegralisme berpendapat bahwa individu-individu yang bermacam-macam itu merupakan suatu kesatuan dan keseluruhan yang utuh. Manusia dalam masyarakat yang teratur dan tertib itu berada dalam suatu integrasi. Menurut Dniyarkara SY integrasi semacam ini dapat berarti dalam arti sosiologis dan psikologis, sebab manusia yang berada dalam integrasi itu merasa aman, tenang dan bahagia. Integrasi semacam ini terdapat dalam masyanakat kecil maupun besar, seperti keluarga, desa dan negara. Individu selalu mencari berbagai macam lingkungannya tetapi lingkungan yang pertama kali akan di temuai oleh individu adalah lingkungan keluarga, karena lingkungan keluarga merupan suatu aspek bagi individu untuk dapat mengembangkan kemampuan atau kapasitasnya .didalam lingkungan keluarga secara tidak langsung individu telah bersentuhan langsung dengan berbagai aspek sosial. Dan sementara itu di dalam lingkungan masyarakat merupakan aspek lanjutan dari lingkungan keluarga ,lingkungan masyarakat sangat luas sehingga individu dapat mengekspresikan sesuatunya yang sudah di pelajari di lingkungan keluarga.
Individu belum bisa dikatakan sebagai individu apabila dia belum dibudayakan. Artinya hanya individu yang mampu mengembangkan potensinya sebagai individulah yang bisa disebut individu. Untuk mengembangkan potensi kemanusiaannya ini atau untuk menjadi berbudaya dibutuhkan media keluarga dan masyarakat.ini merupakan pendapat-pandapat dari Spencer, Pareto, Ward, Comte, Durkheim, Summer, dan Weber.
Individu adalah mahkluk perseorangan yang terdiri dari atau terbentuk dari tiga aspek ,yaitu aspek organis jasmaniah, psikis rohaniah, dan sosial. Dan untuk membentuk ketiga aspek tersebut manusia harus menjalankan sejumlah bentuk sosilisasi dan itu lah yang dapat membentuk ketiga aspek tersebut.
Salah satu bentuk sosialisasi adalah pola pengasuhan anak di dalam keluarga, mengingat salah satu fungsi keluarga adalah sebagai media transmisi atas nilai, norma dan simbol yang dianut masyarakat kepada anggotanya yang baru. Di masyarakat terdapat berbagai bentuk keluarga di mana dalam proses pengorganisasiannya mempunyai latar belakang maksud dan tujuannya sendiri. Pranata keluarga ini bukanlah merupakan fenomena yang tetap melainkan sebuah fenomena yang berubah, karena di dalam pranata keluarga ini terjadi sejumlah krisis. Krisis tersebut oleh sebagian kalangan dikhawatirkan akan meruntuhkan pranata keluarga ini. Akan tetapi bagi kalangan yang lain apa pun krisis yang terjadi, pranata keluarga ini akan tetap survive.

Pemecahan Permasalahan

Di dalam kehidupan berkeluarga, sosialisasi yang baik sangat diperlukan dalam mempertahankan keharmonisan hubungan di dalam keluarga. Keluarga merupakan sebagai lingkungan utama dalam membentuk kepribadian anggota di dalam keluarga tersebut. Keluarga sebagai media pembinaan anggotanya dalam melakukan hal-hal yang berhubungan dengan sosial. Pembinaan yang baik akan menciptakan kehidupan keluarga yang baik di dalam lingkungan kemasyarakatan. Hubungan yang harmonis di dalam keluarga sangat penting agar dapat membentuk pribadi yang baik, karena apapun yang terjadi di dalam keluarga akan berpengaruh besar kepada tiap-tiap anggota keluarga yang termasuk di dalamnya. Sebagaimana Individu tidak akan bisa berjalan sendiri tanpa adanya keluarga sebagai media untuk mengekspresikan segala hal yang berhubungan dengan masalah-masalah sosial.

http://and1krn.wordpress.com/2010/02/23/kehidupan-bermasyarakat-individukeluarga-masyarakat/

3. Pemuda dan Sosialisasi

Pemuda Bersosialisasi secara Nyata dan Maya

Pemuda adalah golongan manusia manusia muda yang masih memerlukan pembinaan dan pengembangan kearah yang lebih baik, agar dapat melanjutkan dan mengisi pembangunan yang kini telah berlangsung, pemuda di Indonesia dewasa ini sangat beraneka ragam, terutama bila dikaitkan dengan kesempatan pendidikan. Keragaman tersebut pada dasarnya tidak mengakibatkan perbedaan dalam pembinaan dan pengembangan generasi muda. Pemuda merupakan manusia-manusia muda yang masih dalam tahap pembinaan dan pengembangan dalam pengajaran menuju pada hal yang lebih baik dan mereka merupakan harapan bangsa untuk melanjutkan dan mengisi pembangunan negara. Pemuda di Indonesia pun beraneka ragam, misalnya; dalam kesempatan mendapat pendidikan yang layak. Tetapi, itu semua tidak menjadi alasan terjadinya perbedaan dalam pembinaan dan pengembangan dalam pengajaran untuk para generasi muda.
Proses kehidupan yang dialami oleh para pemuda Indonesia tiap hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat membawa pengauh yang besar pula dalam membina sikap untuk dapat hidup di masyarakat. Proses demikian itu bisa disebut dengan istilah sosialisasi, proses sosialisasi itu berlangsung sejak anak ada di dunia dan terus akan berproses hingga mencapai titik kulminasi.
jadi jelaslah sekarang keragaman pemuda Indonesia dilihat dari kesempatan pendidikannya serta dihubungkan dengan keragaman penduduk dalam suatu wilayah, maka proses sosialisasi yang dialami oleh para pemuda sangat rumit. Sehubungan dengan perkembangan individu pemuda itu sendiri dan dalam rangka melepaskan diri dari ketergantungan pada orang tua, maka pengalaman-pengalaman yang dialainya itu kadang membingungkan dirinya sendiri.
Sosialisasi dalam Kehidupan di Dunia Nyata

Sosialisasi pemuda dalam kehidupan nyata meliputi ;

- Lingkungan Keluarga,
- Lingkungan Sekolah, dan
- Lingkungan Masyarakat

tiga hal tersebut sangat berpengaruh besar dalam kegiatan sosialisasi pemuda di dalam kehidupan. Perihalnya, di lingkungan keluarga sebagai media pembentukan kepribadian awal yang paling dominan. Lingkungan sekolah, sebagai media pengembangan dan pembinaan dalam pengajaran menuju pada hal yang lebih baik dalam bidang pendidikan, sosial, dan lain-lain. Sedangkan lingkungan masyarakat merupakan media dan tempat untuk mengekspresikan aspirasi-aspirasi pemuda dalam segala bidang dan lingkungan masyarakat pun sangat berpengaruh karena lingkungan tersebut menjadi tempat yang paling dominan dalam mengekspresikan aspek-aspek sosial dan aspirasi-aspirasi para pemuda.

Sosialisasi dalam Kehidupan di Dunia Maya

Sosialisasi pemuda di dalam lingkup dunia maya meliputi, internet. Kini, internet sangat marak sebagai tempat menyalurkan aspirasi para pemuda yang terabaikan. Melalui internet pun para pemuda dapat menjalin hubungan sosial dengan satu sama lain dari seluruh dunia. Kecepatan akses internet inilah yang membuat kenyamanan luar biasa dalam bersosialisasi melalui internet. Berbagai situs yang disediakan khusus untuk mengekspresikan pemikiran-pemikiran dan segala hal yang berhubungan dengan sosial sangat membantu dalam bersosialisasi melalui media internet. Beberapa contoh situs untuk bersosialisasi, yaitu ;

(*) Blogger,
(*) Facebook,
(*) Friendster,
(*) Twitter,
(*) Yahoo Mail,
(*) Windowslive Mesengger, dan lain-lain.

Situs-situs tersebut merupakan beberapa contoh situs yang dapat digunakan untuk mengekspresikan aspirasi dalam lingkup dunia maya. Dan hal ini sangat mempermudah dalam kegiatan bersosialisasi antara pemuda yang satu dan yang lainnya.

Akan tetapi, apabila melihat peran pemuda sehubungan dengan pembangunan, peran itu dibedakan menjadi dua yaitu
1. Didasarkan atas usaha pemuda untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan lingkungan. Pemuda dalam hal ini dapat berperan sebagai penerus tradisi dengan jalan menaati tradisi yang berlaku
2. Didasarkan atas usaha menolak menyesuaikan diri dengan lingkungan. Peran pemuda jenis ini dapat dirinci dalam tiga sikap, yaitu : pertama jenis pemuda “pembangkit” mereka adalah pengurai atu pembuka kejelasan dari suatu masalah sosial. Mereka secara tidak langsung ktu mengubah masyarakat dan kebudayaan. Kedua pemuda pdelinkeun atau pemuda nakal. Mereka tidak berniat mengadakan perubahan, baik budaya maupun pada masyarakat, tetapi hanya berusaha memperoleh manfaat dari masyarakat dengan melakukan tidnakan menguntungkan bagi dirinya, sekalipun dalam kenyataannya merugikan. Ketiga, pemuda radikal. Mereka berkeinginan besar untuk mengubah masyarakat dan kebudayaan lewat cara-cara radikal, revolusioner.
Kedudukan pemuda dalam masyarakat adalah sebagai mahluk moral, mahluk sosial. Artinya beretika, bersusila, dijadikan sebagai barometer moral kehidupan bangsa dan pengoreksi. Sebagai mahluk sosial artinya pemuda tidak dapat berdiri sendiri, hidup bersama-sama, dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma, kepribadian, dan pandangan hidup yagn dianut masyarakat. Sebagai mahluk individual artinya tidak melakukan kebebasan sebebas-bebasnya, tetapi disertai ras tanggung jawab terhadap diri sendiri, terhadap masyarakat, dan terhadap Tuhan Yang maha Esa.

Sosialisasi Pemuda

Melalui proses sosialisasi, seorang pemuda akna terwarnai cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Dengan demikian, tingkah laku seseorang akan dapat diramalkan. Dengan proses sosialisasi, seseorang menajdi tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya. Dari keadaan tidak atau belum tersosialisasi, menjadi manusia masyarakat dan beradab. Kedirian dan kepribadian melalui proses sosialisasi dapat terbentuk. Dalam hal ini sosialisasi diartikan sebagai proses yang membantu individu melalui belajar dan menyesuaikan diri, bagaiman cari hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya gar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. Sosialisasi merupakan salah satu proses belajar kebudayaan dari anggota masyarakat dan hubungannya degnan sistem sosial.
Proses sosialisasi banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial yang bersangkutan. Berbeda dengan inkulturasi yang mementingkan nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan dalam jiwa individu, sosialisasi dititik beratkan pada soal individu dalam kelompok melalui pendidikan dan perkembangannya.

Oleh karena itu proses sosialisasi melahirkan kedirian dan kepribadian seseorang. Kedirian (self) sebagai suatu prosuk sosialisasi, merupakan kesadaran terhadap diri sendri dan memandang adanya pribadi orang lain di luar dirinya. Kesadaran terhadap diri sendiri membuat timbulnya sebutan “aku” atau “saya” sebagai kedirian subyektif yang sulit dipelajari. Asal mula timbulnya kedirian :
1. Dalam proses sosialisasi mendapat bayangan dirinya, yaitu setelah memperhatikan cara orang lain memandang dan memperlakukan dirinya. Misalnya ia tidak disukai, tidak dihargai, tidak dipercaya; atau sebaliknya, ida disayangi, baik budi dandapt dipercaya
2. Dalam proses sosialisasi juga membentuk kedirian yang ideal. Orang bersangkutan mengetahui dengan pasti apa-apa yang harus ia lakukan agar memperoleh penghargaan dari orang lain. Bentuk-bentuk kedirian ini berguna dalam meningkatkan ketaatan anak terhadap norma-norma sosial

Bertitik tolak dari pengertian pemuda, maka sosialisasi pemuda dimulai dari umur 10 tahun dalam lingkungan keluarga, tetangga, sekolah, dan jalur organisasi formal atau informal untuk berperan sebagai mahluk sosial, mahluk individual bagi pemuda
Thomas Ford Hoult, menyebutkan bahwa proses sosialisasi adalah proses belajar individu untuk bertingkah laku sesuai dengan standar yang terdapatdalam kebudayaan masyarakatnya. Menurut R.S. Lazarus, proses sosialisasi adalah proses akomodasi, dengan mana individu menghambat atau mengubah impuls-impuls sesuai dengan tekanan lingkungan, dan mengembangkan pola-pola nilai dan tingkah laku-tingkah laku yang baru yang sesuai dengan kebudayaan masyarakat.

Pemecahan Permasalahan
Di era reformasi yang semakin sulit ini pemuda lebih banyak melakukan peranan sebagai kelompok politik dan sedikit sekali yang melakukan peranan sebagai kelompok social, sehigga kemandirian pemuda sangat sulit berkembang dalam mengisi pembangunan ini. Peranan pemuda dalam kegiatan sosial itu sangat dibutuhkan untuk mengisi pembangunan dengan menciptakan kewirausahaan dalam pembangunan dan meningkatkan pengetahuan tentang ilmu dan teknologi serta menumbuh kembangkan jiwa kepeloporan, daya pikir, inovasi, kreativitas dan kewiraushaan pemuda dalam rangka mempersiapkan pemimpin masa depan berkualitas.
Kita menginginkan gerakan pemuda ke depan nanti adalah gerakan yang profesional dengan didasari pada keimanan dan ketaqwaan dalam arti menjauhi segala bentuk yang dilarang agama serta aturan yang berlaku di negara ini.

4. Pelapisan Sosial dan Persamaan Derajat

Kenyataan kehidupan sosial masyarakat Indonesia

Kehidupan sosial masyrakat Indonesia dari dulu sampai sekarang tidaklah pernah berubah. selalu saja terdiri dari beberapa lapisan masyarakat. bawah, menengah, dan atas. memang, hal ini tidak dapat di elakan. di setiap negara pasti memiliki masyarakat dengan 3 lapisan ini. meskipun demikian pemerintah juga tidak tinggal diam dengan kenyataan ini. pemerintah pun mengambil tindakan yang menurut mereka dapat mengseimbangkan keadaan. sebagai contoh gas lpj bersubsidi dan tidak, bbm bersubsidi dan tidak, uang sekolah gratis, dan BLT ini adalah contoh program pemerintah untuk membantu masyarakat Indonesia lapisan bawah. Tetapi pada kenyataannya yang cukup ironi, hal ini tidak dapat berjalan semestinya. masih banyak program-program yang belum mencapai target sasaran. selalu saja ada pihak-pihak yang memanfaatkan bantuan dari pemerintah ini semata-mata untuk mencari untung. lucu dan sedikit memilukan, masih saja ada orang yang tertawa dan mencari untung sambil menginjak-injak temannya sendiri. Hal ini jika dilihat dari lapisan masyarakat dimana bantuan untuk lapisan bawah masih saja dapat dinikmati oleh masyarakat pada lapisan atas dan menengah. namun ketidakadilan tidak hanya pada perbedaan lapisan masyarakat. satu lagi contoh yang cukup memprihatinkan, pada saat gempa dahsyat di padang sudah selesai banyak sekali rumah-rumah dan gedung yang roboh. banyak orang yang membutuhkan bantuan, tidak terkecuali masyarakat tiongha. namun menurut salah satu masyarakat tiongha yang juga mendapat musibah gempa di padang, untuk meminta operator buldoser membersihkan puing-puing rumahnya beliau harus meronggoh sejumlah uang. belum lagi bantuan makanan dan medis yang tidak pernah mereka dapatkan. kenapa hal itu masih bisa terjadi? padahal orang-orang tersebut sudah sah warga Indonesia dan memiliki KTP. diskriminasi terjadi dimana-mana. hal ini tentu saja harus dapat diatasi oleh pemerintah. jika hal ini berlanjut, maka untuk apa semboyan “Bhineka Tunggal Ika” tetap berada di cakar sang Garuda merah putih.

Pemecahan Masalah

jika dilihat dari lapisan masyarakat dimana bantuan untuk lapisan bawah masih saja dapat dinikmati oleh masyarakat pada lapisan atas dan menengah. namun ketidak adilan tidak hanya pada perbedaan lapisan masyarakat itu sendiri. Namun semua itu harus di lakuan kembali ke pada diri nya sendiri dengan kesadaran dari dalam dirinya, bahwa setiap manusia mempunyai hak nya masing-masing dan semestinya sebagai masyarakat lapisan atas seharusnya tidak perlu menikmati bantuan yang semestinya itu adalah hak untuk masyarakat lapisan bawah. Maka dari itu kesadaran adalah hal terpenting untuk menjalani kehidupan sosial di dalam suatu lingkungan kemasyarakatan.

6. Masyarakat Perkotaan dan Pedesaaan

Seorang Guru Dari Kota Yang Ditugaskan Di Daerah Desa Terpencil

Berdasarkan data di Kemen-diknas, jumlah guru di Indonesia sebanyak 2.607.311. Terdiri atas 634,576 guru swasta dan 1.972.735 guru negeri. Guru paling banyak di jenjang sekolah dasar (SD) sebanyak 1.483.059 guru. Dari jumlah tersebut, sekitar 1,5 juta atau 57 persen guru yang belum memenuhi kualifikasi S1/D4 dan sebanyak 78.92 persen belum tersertifikasi.
Namun, pemerataan guru di Indonesia masih berantakan. Buktinya, sekitar 68 persen sekolah di sejumlah kota kelebihan guru. Di sisi lain, sebanyak 37 persen sekolah di desa dan 66 persen sekolah di daerah terpencil kekurangan guru.
Tidak meratanya jumlah guru di Indonesia membuat disparitas antardaerah cukup tinggi. Untuk itu. pemerintah akan menyiapkan surat keputusan bersama (SKB) 3 menteri untuk mengatur distribusi guru. SKB tersebut akan ditandatangani Menteri Pendidikan Nasional. Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara. Dengan SKB tersebut, memungkinkan guru dapat berpindah dari satu wilayah ke wilayah lain, sehingga disparitas distribusi guru akan berkurang.
Di sekolah-sekolah ada kelebihan guru, tetapi justru di sekolah pedesaan dan daerah ter-pencil justru kekurangan guru. Kila akan segera menyiapkan untuk merampungkan keputusan bersama Mendagri, Menpan, dan Mendiknas. Guru dimungkinkan berpindah antar kabupaten, antar kota, maupun antar provinsi," kata Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh usai membuka Kongres Guru Indonesia (KGI) di Balai Kartini, Jakarta, Kemarin (20/5). Mantan Menteri Komunikasi dan Informa-tika ini mengatakan, ada dua pendekatan yang harus diperhatikan. Pertama regulasi.
Guru dimungkinkan pindah dari kota satu ke kota lainnya. Untuk itu, diperlukan SKB sebagai psyung hukumnya. Kedua, menyiapkan guru-guru baru untuk dialihkan ditugaskan ke daerah yang kekurangan. Daerah tadi adalah daerah remote. Pemerintah akan memberikan insentif sehingga regulasi secara volunteer dimungkinkan karena sudah ada jalurnya dan kedua secara afirmatif bisa dipindahkan secara khusus. Insentif dalam bentuk materi maupun karir.
Besarnya paling tidak satu kali gaji sesuai golongannya ditambah insentif lain yang harus kita berikan. Mudah mudahan mulai tahun ajaran baru itu sudah dimungkinkan adanya mobilitas tadi. Juli besok ini." katanya. Penyiapan guru-guru baru ini, lanjut Nuh, untuk mengganti 195.387 guru yang akan pensiun pada 2014 nanti. Idealnya, seorang guru hanya menangani 20 orang murid. "Sekalian kita alirkan ke daerah-daerah yang kekurangan guru tadi.
Diterangkan mantan rektor Institut Teknologi Sepuluh November (JTS) Surabaya tersebut, pemerintah tidak memaksa guru untuk pindah tugas ke daerah lain. Tapi justru menumbuhkan kesadaran dengan insentif finansial dan jenjang karir ditambah lagi mulai dari awal rektnitmennya.

Pemecahan Masalah

Dengan rata-rata kekurangan tenaga pengajar di pedesaan sebanyak 37 persen sekolah di desa dan 66 persen sekolah di daerah terpencil kekurangan guru. Dengan SKB tersebut, Guru dimungkinkan pindah dari kota satu ke kota lainnya. Untuk itu, diperlukan SKB sebagai psyung hukumnya. Kedua, menyiapkan guru-guru baru untuk dialihkan ditugaskan ke daerah yang kekurangan. Daerah tadi adalah daerah remote. Pemerintah akan memberikan insentif sehingga regulasi secara volunteer dimungkinkan karena sudah ada jalurnya dan kedua secara afirmatif bisa dipindahkan secara khusus. Insentif dalam bentuk materi maupun karir.

http://bataviase.co.id/node/220607

7. Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan

Kecerdasan dan Teknologi Dapat Memberantas Kemiskinan

Persoalan yang di hadapi di indonesia saat ini adalah kemiskinan dan rendahnya kualitas pendidikan. Namun dengan semakin berkembangnya bangsa ini dapat di yakini akan mengurangi beban kemiskinan yang ada pada saat sekarang ini. Maka dari itu kecerdasaan sebagai pola pikir manusia dengan ide – ide dan kecerdasaan yang di milikinya dapat mengurangi beban kemiskinan itu sendiri dengan adanya teknologi yang pesat dan pendidikan yang semakin membaik dapat menjadi pegangan yang kuat bagi memberantasnya kemiskinan dengan cara memfaatkan teknologi yang ada. Teknologi itu sendiri dikatakan dapat diyakini sangat ampuh dijadikan alat mempercepat proses dan peningkatan mutu di berbagai bidang. Di dunia pendidikan, teknologi dipandang mampu mengefisienkan proses belajar mengajar dengan mengurangi faktor keterbatasan waktu dan ruang.

Teknologi sebenarnya adalah cara dan usaha untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Teknologi adalah alat bantu manusia untuk mengolah alam, mempermudah kegiatan dan lain sebagainya yang terkait dengan kebutuhan manusia. Setiap aplikasi dari teknologi akan membawa manfaat bagi manusia di satu sisi dan disisi yang lain juga membawa efek negatif baik bagi manusia ataupun bagi lingkungan.

Tampaknya antara efek positif dan negatif dari aplikasi teknologi seperti dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Disinilah kecerdasan akal dan jiwa manusia teruji. Kecerdasan akal membuat manusia berupaya keras untuk meminimalisir dampak negatif teknologi sampai taraf yang tidak membahayakan atau dapat diterima sistem alami yang berlaku pada manusia ataupun alam.

Kecerdasan akal saja tidak akan pernah cukup tanpa disertai kecerdasan jiwa. Kecerdasan jiwa akan mengontrol manusia untuk tetap memelihara sifat-sifat kemanusiaannya sehingga tidak terjadi penyimpangan menjadi sifat binatang yang menyebabkannya tega memangsa sesama. Kata kunci tetap terletak pada manusia sedang teknologi hanyalah alat yang dikendalikan oleh manusia. Aplikasi teknologi akan sangat merugikan dan menimbulkan kerusakan yang dahsyat ketika dikuasai oleh orang-orang yang cerdas akalnya tetapi bodoh jiwanya. Oleh karena itu kebutuhan akan orang-orang yang cerdas akal dan jiwanya sangat besar sehingga mampu mendominasi dan memberikan manfaat yang optimal dari aplikasi teknologi tidak hanya bagi manusia tetapi lingkungan dan alam secara keseluruhan.
Kemajuan teknologi memang tidak bisa kita pungkiri memberikan kita kemudahan-kemudahan dalam melakukan berbagai hal. Namun dengan berbagai kemudahan yang didapat, manusia cenderung untuk mengalami keadaan yang biasa kita sebut ketergantungan. Dan ketika kemudahan itu dicabut, bingunglah mereka. Di era informasi seperti sekarang ini kita memang dituntut untuk melakukan banyak hal dengan cepat dan tidak mungkin kita lepas dari yang namanya teknologi, kecuali kalau kita rela kalah bersaing. Namun yang perlu kita camkan baik-baik, teknologi hanyalah alat. Ia buatan manusia yang tidak luput dari yang namanya salah dan lupa. Jadi sebenarnya adalah salah kalau kita terlalu menggantungkan diri pada teknologi untuk melakukan segala hal, apalagi mendewa-dewakannya.
Di zaman sekarang memang kita harus menganggap ketergantungan terhadap teknologi itu adalah hal yang wajar. Bisa dibilang kalau kita, masyarakat Indoneisa tidak hanya mengalami ketergantungan pada teknologi. Kita bahkan bisa disebut ketergantungan pada orang yang menciptakan teknologi itu (maksud saya perusahaan-perusahaan penyedia hardware, software, bahkan konten web dari luar negeri).

Pemecahan Permasalahan

Dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat sekarang ini dapat meningkatkan kualitas pendidikan yang ada. Bahwasanya kita sudah harus menyadari benar bahwa kemiskinan terkait dengan adanya kualitas pendidikan yang kurang memadai. Maka dari itu kita sebagai generasi penerus bangsa harus menciptakan sesuatu yang beda dari jaman sebelumnya untuk mengurangi kemiskinan yang ada. Dengan begitu kita dapat memberantas kemiskinan dengan menerapkan teknologi yang ada dan mengembangkan pendidikan yang berkualitas. Dengan cara itu lah kita dapat memberantas kemiskinan tersebut dengan meningkatkan teknologi dan kualitas pendidikan yang baik.

http://alhiko.blogspot.com/2008_02_01_archive.html

8. Prasangka, Diskriminasi dan Etnosentrisme

Prasangka, Diskriminasi dan Etnosentrisme

Sikap yang negative disebut prasangka.Walaupun dapat kita garis bawahi bahwa prasangka dapat juga dalam negative.Tidak sedikit orang yang mudah berprasangka.Mengapa terjadi perbedaan cukup mencolok?Tampaknya kepribadian dan intelegensiajuga factor lingkungan cukup berkaitan dengan munculnya prasangka.

Namun belum jelas benar ciri² kepribadian mana yang membuat seseorang mudah berprasangka.Sementara pendapat menyebutkan bahwa orang yang berintelekgensi yang tinggi,lebih suka berprasangka.Mengapa?karena orang² macam ini bersifat dan bersikap kritis.Kondisi lingkungan/wilayah yang tidak mapan pun cukup beralasan untuk dapat menimbulkan prasangka suatu individu atau kelompok social tertentu.

Dalam kondisi persaingan untuk mencapai akumulasi materiil tertentu,atau untuk meraih status social bagi suatu individu atau kelompk social tertentu,pada suatu lingkungan/wilayah dimana norma² dan tata hukum dalam kondisi goyah,dapat merangsang munculnya prasangka dan diskriminasi dapat dibedakan dengan jelas.Prasangka bersumber dari suatu sikap.Diskriminasi menunjukkan kepada suatu tindakan.Dalam pergaulan sehari-hari sikap berprasangka dan diskriminasi seolah-olah menyatu dan tidak dapat dipisahkan.

Seorang yang mempunyai prasangka rasial,biasanya bertindak diskriminasi terhadap ras yang diprasangkainya.Demikian juga sebaliknya,seseorang yang berprasangka dapat saja berprilaku tidak diskriminatif.Di Indonesia kelompk keturunan Cina sebagai kelompok minoritas,sering menjadi sasaran rasial,walaupun secara yuridis telah menjadi warga Negara Indonesia dan dalam UUD 1945 BAB X Pasal 27 dinyatakan bahwa semua warga Negara mempunyai kedudukan yang sama adlam hukum dan permerintahan.

Sikap berprasangka jelas tidak adil,sebab sikap yang diambil hanya berdasarkan pada pengalaman atau apa yang didengar.Apabila muncul suatu sikap yang berprasangka dan diskriminatif terhadap kelompok social lain,atau terhadap suatu suku bangsa,kelompk etnis tertentu,bias jadi akan menimbulkan pertentangan² social yang lebih luas.Suatu contoh:beberapa peristiwa yang semula menyangkut berapa orang saja,sering menjadi luas,melibatkan sejumlah orang.Akan menjadi riskan lagi apabila peristiwa itu menjalar lebih luas,sehingga melibatkan orang² disuatu wilayah tertentu,yang diikuti dengan tindakan² kekerasan dan destruktif dengan berakibat mendatangkan kerugian yang tidak kecil.

Contoh lain:prasangka diskriminasi ras yang terjadi di Afrika Selatan,prasangka Negara Israel dengan negara² di Timur Tengah berkebang menjadi pertentangan social.Contoh factual lain berkisar pada tahun 1985 orang² Papua Nugini sebagai tetangga dekat Indonesia pernah berprasangka bahwa Negara Indonesia melewati tapal batas wilayah Papua Nugini.Fakta dilapangan memang meyakinkan bahwa terdapat ribuan orang dari provinsi Papua masuk ke Negara Papua Nugini.Setelah hasil pengusutan dan hasil penelitian dipelajari dengan seksam oleh pemerintah ,ternyata ada perusuh dam pembangkang terhadap pemerintah Indonesia.


SEBAB² TIMBULNYA PRASANGKA DAN DISKRIMINASI

a)Berlatar belakang sejarah

b)Dilatar belakangi oleh perkembangan sosio-kultural dan situasional.

c)Bersumber pada factor kepribadian

d)Berlatar belakang dari perbedaan keyakinan,kepercayaan dan agama


DAYA UPAYA UNTUK MENGURANGI/MENGHILANGKAN PRASANGKA DAN DISKRIMINASI

a)Perbaikan kondisi social ekonomi

b)Perluasan kesempatan belajar

c)Sikap terbuka dan sikap lapang


ETNOSENTRISME


Suku bangsa,ras cenderung menganggap budaya mereka sebagai salah suatu yang prima,riil,logis,sesuai dengan kodrat alamdan sebagainya.Segala yang berbeda dengan kebudayaan yang mereka miliki dipandang sebagai suatu yang kurang baik,kurang estetis,bertentangan dengan kodrat alam dan sebagainya.Hal² yang disebutkan diatas disebut ETNOSENTRISME yaitu,suatu kecenderungan yang menganggap nilai² ddan norma² kebudayaannya sendiri sebagai suatu yang prima,terbaik,mutlak,dan dipergunakannya sebagai tolak ukur untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain.

Etnosentrisme sepertinya memang merupakan gejala social yang universal,dan sikap yang demikian biasanya dilakukan secara tidak sadar.Dengan demikian etnosentrisme merupakan kecenderungan tak sadar untuk menginterprestasikan atau menilai kelompok lain dengan tolak ukur kebudayaannya sendiri.Akibatnya etnosentrisme penampilan yang etnosentrik ,dapat menjadi penyebab utama kesalah pahaman dalam komunikasi.Etnosentrisme dapat dianggap sebagai sikap dasar Chauvinisme pernah dianut oleh orang² Jerman pada zaman NAZI Hitler.Mereka merasa dirinya lebih superior,lebih unggul dari bangsa² lain,dan memandang bangsa lain sebagai inferior,lebih rendah, nista dsb.